KEGAGALAN YANG MENGAJARKAN KITA


Sebuah ekspedisi, petualangan, pendakian, bahkan segala sesuatu di dalam kehidupan, kita tidak akan pernah luput dari sebuah kata yang sangat menyakitkan, yaitu “ Kegagalan”. Kegagalan bagi sebagian manusia banyak yang mengartikan adalah kesuksesan yang tertunda. Namun, apa artinya dari kegagalan yang selalu mengisi hari-hari seseorang?? Apakah itu pertanda sebuah kesialan? Tentunya tidak seorangpun yang menginginkan kegagalan tersebut terjadi pada dirinya. Begitu juga dengan saya.


Dalam postingan saya kali ini, saya ingin menceritakan kegagalan saya dalam menaklukkan diri saya sendiri sebagai seorang pendaki gunung di awal tahun 2011 lalu. Mungkin memang sudah terlalu lama kejadian ini berlangsung, namun tidak ada salahnya kita berbagi pengalaman kepada orang lain agar dapat menjadi pelajaran kita bersama.

Berawal dari ajakan teman saya bernama Chandra untuk melakukan pendakian ke Gunung Lawu saya mulai mengajak rekan-rekan pendaki lain untuk ikut serta berpartisipasi dalam pendakian ini. Namun, pendakian yang terkesan dadakan ini sedikit menjadi kendala bagi kita semua. Akhirnya, tepat hari rabu sore pukul 16.00 saya, candra, anjar dan zen melesat menuju kota Solo dan akan bergabung dengan 2 rekan pendaki lainnya yang sudah berada di solo, yaitu Hendro dan Aziz.

Sesampai di solo, cuaca sedikit mendung dan membuat kita sedikit kuatir dalam pendakian ini. Setelah sholat isya’ dan makan malam, tepat pukul 20.00 wib kita berenam berangkat menuju base camp pendakian Gn Lawu. Sekitar 60 menit perjalanan menuju Base Camp, kita dikejutkan dengan ditutupnya jalur pendakian Cemoro Kandang. Penutupan ini dikarenakan baru saja terjadi badai yang cukup hebat di puncak Gn Lawu. Akhirnya kita berenam memutuskan untuk bermalam di Base Camp dan berharap besok pagi ada kabar gembira dan jalur dibuka kembali.

Keesokan paginya, hingga pukul 08.00 wib jalur pendakian tak kunjung dibuka, kita pun memutuskan untuk mencoba ke Base Camp Cemoro Sewu yang berada di Jawa Timur. Jarak kedua Base Camp ini tidak terlalu jauh, hanya berjarak sekitar 1 Km kea rah timur. Di Base Camp ini, jalur juga sebenarnya ditutup dikarenakan memang benar sedang terkena badai yang cukup hebat. Ini terbukti dari pohon-pohon di sekitar base camp banyak yang tumbang, bangunan-bangunan pun tak sedikit yang porak poranda. Namun, setelah bertanya kepada penjaga Base Camp kita diperbolehkan melakukan pendakian tapi tidak ada asuransi yang menanggung jika terjadi keadaan yang tidak diinginkan.

Pukul 09.00 wib tepat kita berenam memutuskan untuk melakukan pendakian illegal ini. Dengan perlengkapan yang kurang lengkap dan bahan makanan yang sudah menipis kita hanya berharap Tuhan memberikan hari yang baik untuk kita semua. Selama pendakian, tidak nampak pendaki lain yang melakukan pendakian. Suasana sangat-sangat sepi dan mencekam. Cuaca yang tidak mendukung, kadang hujan pun turun dan semakin membuat pendakian ini terasa amat berat. Akhirnya kita bertemu dengan 1 rombongan pendaki yang baru saja turun, mereka juga mengungkapkan keadaan di atas sangat sepi dan tidak ada pendaki yang naik keatas. Sesampainya di pos 5 kabut tebal mulai turun dan kita kehilangan jalan naik ataupun jalan turun,alhasil kita tersesat di ketinggian sekitar 2900 mdpl dan kita memutuskan untuk mendirikan tenda dome disini. Jam tangan menunjukkan pkl 18.00 wib saat tenda dome berhasil berdiri diterpa hujan dan angin yang cukup kencang. Dome yang normalnya diisi 3 orang, kini harus bermuatan 6 orang. Segala kegiatan kita lakukan di dalam dome dengan berdempet-dempetan. Setelah selesai makan dan beribadah memohon pertolongan kepada yang kuasa.


Pagi hari ketika hujan mulai reda dan mentari mulai menampakkan kehangatannya, gunung lawu kembali memberikan kenyamanan dan keindahannya. Namun karena waku yang sudah mepet kita memutuskan untuk kembali turun dan membatalkan niat untuk mencapai puncak lawu.

Sebuah kenekatan dan keputusan yang kurang tepat memang dapat membuat semuanya berantakan, kali ini memang kita masih diberikan kesempatan untuk dapat belajar lebih banyak akan kehendak alam. Jangan sekali-sekali melawan atau pun menantang alam.walaupun pada hakikatnya manusia dan alam diciptakan untuk saling melengkapi. 86,,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Stadion Ikonik di Belanda yang menjadi saksi kehebatan Patrick Kluivert

Awas Level Extreme!! Ini rahasia menghindari kepadatan KRL Jabodetabek

Mimpi yang belum usai, Indonesia dan Perjuangan Menuju Piala Dunia!!