Ranu Kumbolo, apa kabarmu???

“Haiii Ranu Pane... Apa kabarmu pagi ini?” sudah lama saya tidak memanjakan diri ditempat-tempat tinggi nan asri seperti sewaktu saya masih kuliah dulu, menikmati indahnya alam yang masih bersih dan terhindar dari asap-asap beracun dikota-kota besar. Masih kuatkah kaki ini melangkah dan meninggalkan jejak di tanah tertinggi jawa?? :D
Ranu pane pagi itu nampak begitu sibuk dan sumpek, walaupun masih menyimpan keelokannya, namun ada yang berbeda dari wajah Ranu pane dari tahun 2011 dimana terakhir kali saya mengunjungi desa kecil di kaki gunung semeru ini. Desa ini menjadi lebih sibuk dan semerawut, bukan karena aktivitas dari warga desanya, melainkan banyaknya wisatawan yang berlalu lalang, yang tidak lain tidak bukan adalah para pendaki Gunung Semeru.
Sama halnya dengan pendaki lain, kali ini saya dan team pun harus melalui birokrasi yang cukup sulit untuk mendaki gunung ini. Para pendaki diharuskan melakukan booking online melalui website Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Hal ini perlu dilakukan oleh pihak TN dikarenakan semakin meningkatnya para pengunjung dalam 2 tahun terakhir ini. Selain sistem booking online, biaya registrasi pun semakin melambung tinggi. Setelah itu kita juga diwajibkan mengikuti briefing dan pengecekan alat pendakian oleh team voulenteer “Gimbal Alas”. Karena banyak pendaki yang hanya bermodalkan “nekat” untuk mendaki dan tidak memenuhi SOP dalam melakukan pendakian gunung Semeru.
Gunung semeru, selain dikenal dengan puncak mahamerunya juga menyimpan keindahan lain, Ranu Kumbolo menjadi salah satunya. Sudah dapat diprediksi sejak awal bahwa lokasi favorit para pendaki untuk bermalam ini sudah berbeda dari yang pernah saya ketahui. Selayaknya gunung pada umumnya yaitu memiliki suasana yang tenang, sepi dan syahdu kini tidak lagi didapatkan di danau berketinggian 2400 m dpl ini. Banyaknya pendaki yang mengunjungi tempat ini membuat danau ini nampak seperti pasar malam.

Yaah... inilah kenyataan yang terjadi, terlepas dari itu semua terima kasih atas dinginnya kabutmu dipagi itu, terima kasih atas bintang-bintang yang kau hadirkan di malam itu dan terima kasih atas cucuran keringat ditanjakan cintamu. 86,,


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Stadion Ikonik di Belanda yang menjadi saksi kehebatan Patrick Kluivert

Awas Level Extreme!! Ini rahasia menghindari kepadatan KRL Jabodetabek

Mimpi yang belum usai, Indonesia dan Perjuangan Menuju Piala Dunia!!