Mengapa Flare di larang? Fakta Mengejutkan di Balik Kabut Tribun

Sepak bola adalah olahraga paling populer di dunia. Di balik setiap pertandingan, ada gelombang emosi dan fanatisme luar biasa dari para pendukung setia, terutama mereka yang tergabung dalam kelompok "ultras". Ultras dikenal dengan gaya mendukung yang ekstrem: nyanyian lantang, koreografi megah, dan penggunaan flare atau suar yang menyala-nyala di tribun. Flare, bagi mereka, bukan sekadar alat piroteknik, melainkan simbol gairah dan totalitas dalam mencintai klub. Flare adalah bagian tak terpisahkan dari budaya ultras di berbagai belahan dunia. Di Italia, Serbia, hingga Indonesia, flare sering digunakan dalam laga-laga panas sebagai bentuk perayaan atau protes. Asap warna-warni dan kilatan api dari flare menciptakan atmosfer dramatis di stadion yang tak terlupakan. Namun, di balik estetika visual yang ditawarkan, penggunaan flare ternyata menyimpan risiko besar bagi kesehatan dan keselamatan.

Asap yang dihasilkan flare mengandung zat kimia seperti magnesium, sulfur, dan kalium nitrat. Saat terbakar, flare memancarkan panas tinggi dan melepaskan asap tebal yang sangat berbahaya. Efek jangka pendek dalam penggunaan flare dapat membuat Iritasi mata dan tenggorokan selain itu juga batuk, pusing dan sesak napas serta dapat menyebabkan asma mendadak pada penderita. Sedangkan bahaya asap flare jika sering terpapar diantaranya kerusakan paru dan ganggunan pernapasan kronis.

"Asap flare dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan, terutama bagi anak-anak dan lansia. Stadion terbuka tidak menjamin keamanan dari paparan zat berbahaya."
Dr. Weningtyas L., Sp.P, spesialis paru RSUD Jogja

FIFA melarang keras penggunaan flare dan bahan piroteknik lainnya dalam pertandingan resmi. Aturan ini diikuti oleh PSSI, yang menetapkan sanksi bagi klub atau panitia penyelenggara jika suporter kedapatan menyalakan flare di stadion dengan denda Rp50 juta hingga Rp200 juta, pertandingan tanpa penonton dan larangan bermain di kandang. Sanksi ini sudah sering dikenakan kepada klub peserta di Liga Indonesia, namun sayangnya hal-hal serupa masih saja sering terjadi. 

"Penggunaan flare dalam stadion merupakan pelanggaran serius terhadap standar keamanan FIFA dan PSSI. Pelaku dapat dikenai sanksi pidana jika menyebabkan cedera atau kerusakan." — Pernyataan Resmi Komite Disiplin PSSI, 2023

Mendukung tim sepak bola kesayangan tentu sah-sah saja dilakukan dengan penuh semangat. Namun, penting untuk diingat bahwa keselamatan semua pihak—pemain, ofisial, suporter lain—harus diutamakan. Flare mungkin menciptakan euforia, tapi bahaya yang ditimbulkannya tidak sebanding dengan risiko kesehatan dan keselamatan. Mari kita ciptakan atmosfer stadion yang meriah, kreatif, dan tetap aman untuk semua. Ada banyak cara positif mengekspresikan cinta terhadap klub tanpa membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

-AYA-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Stadion Ikonik di Belanda yang menjadi saksi kehebatan Patrick Kluivert

Awas Level Extreme!! Ini rahasia menghindari kepadatan KRL Jabodetabek

Mimpi yang belum usai, Indonesia dan Perjuangan Menuju Piala Dunia!!