Pelaksanaan PUPHL tahun ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini kita diwajibkan untuk magang di KPH Randublatung. 12 kelompok akan disebar dan diwajibkan untuk magang di 12 RPH di Randublatung selama 12 hari lamanya. Kebingaungan dan kekhawatiran merasuki otak dari 90 peserta PU PHL 2011 gelombang I. Akan seperti apa teknis disana? Mau ngapain disana? Dan seperti apa tempat tinggal mereka?
14 Juli 2011, berangkat pagi pukul 08.00 wib dari fakultas kehutanan dengan membawa sejumlah barang yang dipersiapkan untuk merantau selama 30 hari lamanya. Bus Sumber Kencono melaju dengan cepat menuju Getas, Ngawi. Sesampainya di gerbang kampus getas, kita sudah ditunggu 3 truk yang biasa digunakan untuk mengangkut kayu dari pusat tebangan hingga TKP. Suasana bimbang dan bingung kembali merasuki pikiran 90 orang mahasiswa lugu ini. Selama kurang lebih 60 menit terombang ambing di jalan yang tidak beraturan akhirnya sampai juga di kampus Getas.
Bisa dipastikan 90 orang mahasiswa pasti kaget, dimana bayang-bayang selama ini bahwa kampus Getas menyeramkan dan jauh dari pemukiman penduduk hilang sudah. Kampus Getas ternyata terletak di tengah-tengah desa yang ramai penduduknya. Hari pertama dihabiskan dengan beristirahat dan berbenah sampai pukul 19.00 wib. Dan diakhiri pembukaan PU PHL dan juknis untuk menutup hari pertama di malam hari.

Hari-hari berikutnya keadaan tidak jauh berbeda, kegiatan-kegiatan rutin dari pagi sampai sore dilapangan untuk mengambil data ditemani panas terik matahari dan sebotol air aqua. Lalu dilanjutkan juknis dan mengerjakan laporan hingga dini hari dilakukan 90 orang mahasiswa selama kurang lebih 12 hari di kampus lapangan Getas. Sinyal yang ada pun hanya 1 operator. Namun, semua dilakukan dengan hati yang ikhlas dan diselingi senda gurau antar teman-teman seangkatan. Apalagi dengan adanya Liga Premier Getas (LPG) yang dilaksanakan setiap sore selama berada di Getas (apa kabar Bromex? Apa aja boleh? Secang FC? Dan Mboys band?). Acara sepak bola ini cukup menjadi penghibur bagi para lelaki yang kakinya sudah gatel dengan bola sepak, selain itu juga hiburan PES 2011 dan masak-memasak jadi pelampiasan di malam harinya setelah mengerjakan laporan.
Kebersamaan selama 12 hari awal di Getas cukup mengajarkan kita akan makna “korsa”. Dimana setiap hari kita selalu bersama menjalani kehidupan di lapangan, makan bersama, main bersama, terombang-ambing di atas truk sembari menyanyikan lagu-lagu konyol dan belajar bersama-sama. Komando satu rasa, mengajarkan akan pentingnya kebersamaan selama menjadi seorang rimbawan (banggalah kalian menjadi seorang rimbawan). Terbentuk pula nama-nama gank atau julukan dari setiap peserta, karena semua akan terlihat aslinya di lapangan. Tidak ada lagi kata aku atau kamu, semua menjadi kita.

90 mahasiswa sedikit merasa kehilangan dan kebimbangan dikala mereka harus dipisah ke 12 RPH di Randublatung, pertanyaan-pertanyaan di awal kembali meracuni pikiran kita semua. Ya sekitar 12 hari kita terpisah, namun bukan berarti jiwa korsa yang sudah terbentuk hilang begitu saja. Mungkin ini menjadi pelajaran berharga bagi kita, tidak selamanya kita dapat bersama menjadi sebuah kelompok besar yang kompak. Namun juga suatu saat akan menjalani kerjasama dengan kelompok yang lebih kecil dan bias lebih memahami satu dengan yang lainnya. 12 hari di tempat yang berbeda mengajarkan 12 pelajaran dan pengalaman berbeda pula di tiap-tiap kelompok yang siap kita jadikan satu kesatuan disaat kita berkumpul kembali. 12 hari yang tidak terbuang sia-sia.

Kembali ke Getas dan menjalani 7 hari waktu terakhir penggemblengan mental rimbawan. Suasana semakin hangat dimana kita telah memasuki bulan ramadhan, merasakan sahur bersama, buka bersama setiap harinya, tadarus bersama, teraweh bersama ( jama’ah kamar 3 ), dan lain sebagainya kita lakukan secara bersama-sama kembali. Keadaan memang menjadi sedikit jenuh karena materi-materi yang diberikan hanya berupa data-data yang tidak karuan. Namun sekali lagi itu tidak menjadi permasalahan yang berarti. Bahkan kita semakin “gila” dalam menjalaninya. Raut wajah yang bingung, susah, pasrah, capek semua hilang bersama dengan hari yang kian hari kian berlalu dengan cepatnya. Dan dimalam sebelum pulang pun kita sempat mengadakan acara pentas seni di lapangan sepak bola Getas sampai larut malam. Sampai pada akhirnya tanggal 15 agustus 2011, hari terakhir penutupan PU PHL dilaksanakan di aula Tectona. Dimana telah genap 30 hari kita bersama disini kawan. Susah dan senang kita lalui bersama tanpa mengenal kata perbedaan. Kita semua satu.
Mungkin cerita singkat ini yang dapat terucap dari mulut saya, semua akan menjadi kenangan yang takkan terlupakan dan menjadi cerita di akhir hayat nanti.
Terima kasih kepada teman-teman rimba raya 08, kenangan indah ini akan kita bawa sampai mati dan pada suatu saat nanti saya berharap kita dapat berkumpul lagi merasakan nikmatnya kebersamaan entah itu di desa Getas untuk sekedar bernostalgia dengan aula Tectona dan Widyagama atau kita akan terkumpul kembali di suatu tempat yang tak kalah indah untuk melukiskan sebuah kenangan manis ini. 86,,
Komentar
Posting Komentar